Pengalaman dari
berbagai krisis ekonomi global yang berdampak terhadap aktivitas ekonomi
nasional, seperti: resesi minyak awal 1980an; krisis moneter tahun 1997/1998,
krisis keuangan global tahun 2009 yang melemahkan investasi dan ekspor kita,
menjadi pelajaran bagi kita untuk meningkatkan human capital dan daya saing produk nasional.
Data perekonomian
menunjukkan bahwa sumbangan 15 sub-sektor industry kreatif pada PDB Indonesia
pada Tahun Anggaran 2012 baru sebesar kurang lebih 2 %, sementara Negara tetangga
kita, Singapura dan Malaysia masing-masing berhasil membukukan 9% dan 7% dari total PDB. Sementara, sebagaimana sangat
kita maklumi bersama, Indonesia dengan modalitas pengembangan industry kreatif
berupa rahmat keragaman warisan budaya tak benda dan kearifan local memiliki
potensi yang jauh lebih besar daripada kedua Negara tersebut. Rahmat ini masih
jauh dari termanfaatkan.
Jepara adalah salah satu
lokus utama Indonesia yang sudah memperoleh penghargaan Internasional dalam hal
produk kreatif. Ukiran Jepara baik dalam bentuk meubelair ataupun bahan
dekorasi sudah sangat diketahui dan selalu dicari oleh pecinta hasil karya anak
bangsa yang sangat kaya ragam budaya ini. Belum lagi berbagai produk seni lain
yang bernilai citarasa dan ekonomi tinggi seperti batik, dan lain-lain. Semua
produk tersebut tentu tidak lahir dari ruang hampa. Ia merupakan resultan dan
manifestasi dari pergulatan berbagai aras nilai yang pada akhirnya menghasilkan
nilai budaya dan produk budaya tinggi yang sangat local yang merupakan asset
bangsa yang disumbangkan oleh Saudara-saudara sekalian, manusia-manusia Jepara.
Ibu Kartini, sebagai
ibu bangsa telah mencontohkan cara menyikapi modernitas. Sekarang adalah
giliran adik-adik untuk mengikuti contoh baik tersebut dan menyikapinya dengan
upaya nyata menemukenali potensi warisan budaya tak benda dan memanfaatkannya
sebagai modalitas pengembangan ekonomi daerah yang bersama dengan upaya serupa dari daerah
lain, dapat saya pastikan akan menciptakan momentum tumbuh kembangnya ekonomi
nasional secara lebih signifikan.
Oleh karena itu, saya
kira sangat pada tempatnya bila dalam kesempatan yang sangat berarti ini saya
ucapkan terimakasih kepada Ibu, Bapak, dan Saudara sekalian atas segala jerih
payah dan sumbangan berupa produk-produk turunan dari kekayaan budaya tak benda
Jepara.
Pemerintah sejak 2010
melanjutkan apa yang diminta dalam Inpres-Inpres tentang Pemberdayaan UMKM,
yang mendorong penciptaan wirausaha baru kreatif, inovatif, dan berdaya saing melalui
pendekatan penyelesaian masalah pembiayaan, kelembagaan, pemasaran, peningkatan
kapasitas, dan relaksasi regulasi.
Dalam program
peningkatan kapasitas, dilakukan kegiatan pembenihan wirausaha, penempaan
wirausaha, dan pengembangan wirausaha, sehingga tercipta wirausaha yang
memiliki pengetahuan (knowledgable),
keahlian (skill), kemampuan (capacity), kesanggupan (capability),
kemahiran (competency), keteguhan (integrity), dan pengabdian (dedication).
Pada saat ini,
pengembangan wirausaha baru difokuskan pada program: pengangkatan beban
wirausaha pemula (akses pembiayaan, kemudahan birokrasi dan regulasi, serta
kebijakan pendukung seperti incubator,
accelerator, dsb); pembenihan (entrepreneurship mindset), penempaan (technopreneur, marketingpreneur,
logisticpreneur, socialpreneur, dan
agropreneur), dan pengembangan kolaborasi.
Menjadi tantangan
kita semua untuk mengubah opportunity
loss menjadi opportunity win dengan
meningkatkan level penguasaan teknologi dan mengembangkan kemampuan pengolahan
untuk membuat end product yang
berdaya saing. Inilah alasan utama untuk kita menumbuhkembangkan kewirausahaan
kreatif.
Penumbuhkembangan
kewirausahaan kreatif sejatinya
adalah peningkatan penguasaan pengetahuan untuk meningkatkan hasil guna dan daya
guna pengelolaan sub-sektor ekonomi kreatif secara berkelanjutan meliputi
sepanjang rantai nilai komoditas kreatif.
MP3EI mendorong rangka
menumbuhkembangkan wirausaha nasional dalam rangka meningkatkan nilai tambah
dan nilai inovasi baik dalam program hilirisasi, produktivitas, dan program
peningkatan SDM untuk menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Teknologi dan inovasi merupakan ukuran kemajuan bangsa
dan SDM dalam rangka memiliki keunggulan daya saing global.
Pelayanan logistik dalam rangka penguatan konektivitas
nasional perlu dilakukan, baik secara “hard” maupun “soft infrastructure” untuk mewujudkan konektivitas nasional yang
mendukung pencapaian tiga objektif konektivitas nasional secara serempak yaitu
menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan, menghubungkan daerah tertinggal, dan
menghubungkan daerah terpencil. Upaya mengimplementasikan pelayanan logistik
harus mengerahkan segala kemampuan teknologi dan informasi yang dimiliki untuk meningkatkan
daya saing.
Kita sudah berada
dalam era digital technology dimana
kita lihat banyak perusahaan-perusahaan raksasa global yang unggul dalam daya
saing, seperti: Unilever, Cargill, Sogososha, Chaebol, Temasek, dan international trading house lain
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam melakukan perkuatan rantai
nilai termasuk dalam membangun jejaring pemasaran internasional sehingga jangan
sampai kelemahan kemampuan pemasaran kita terbelakang dalam hal pemanfaatan
ICT.