Memperkuat Ekonomi Bangsa Berbasis Ekonomi Kreatif; Sambutan di Jepara 21 April 2013

Pengalaman dari berbagai krisis ekonomi global yang berdampak terhadap aktivitas ekonomi nasional, seperti: resesi minyak awal 1980an; krisis moneter tahun 1997/1998, krisis keuangan global tahun 2009 yang melemahkan investasi dan ekspor kita, menjadi pelajaran bagi kita untuk meningkatkan human capital dan daya saing produk nasional.
Data perekonomian menunjukkan bahwa sumbangan 15 sub-sektor industry kreatif pada PDB Indonesia pada Tahun Anggaran 2012 baru sebesar kurang lebih 2 %, sementara Negara tetangga kita, Singapura dan Malaysia masing-masing berhasil membukukan 9% dan 7%  dari total PDB. Sementara, sebagaimana sangat kita maklumi bersama, Indonesia dengan modalitas pengembangan industry kreatif berupa rahmat keragaman warisan budaya tak benda dan kearifan local memiliki potensi yang jauh lebih besar daripada kedua Negara tersebut. Rahmat ini masih jauh dari termanfaatkan.
Jepara adalah salah satu lokus utama Indonesia yang sudah memperoleh penghargaan Internasional dalam hal produk kreatif. Ukiran Jepara baik dalam bentuk meubelair ataupun bahan dekorasi sudah sangat diketahui dan selalu dicari oleh pecinta hasil karya anak bangsa yang sangat kaya ragam budaya ini. Belum lagi berbagai produk seni lain yang bernilai citarasa dan ekonomi tinggi seperti batik, dan lain-lain. Semua produk tersebut tentu tidak lahir dari ruang hampa. Ia merupakan resultan dan manifestasi dari pergulatan berbagai aras nilai yang pada akhirnya menghasilkan nilai budaya dan produk budaya tinggi yang sangat local yang merupakan asset bangsa yang disumbangkan oleh Saudara-saudara sekalian, manusia-manusia Jepara.
Ibu Kartini, sebagai ibu bangsa telah mencontohkan cara menyikapi modernitas. Sekarang adalah giliran adik-adik untuk mengikuti contoh baik tersebut dan menyikapinya dengan upaya nyata menemukenali potensi warisan budaya tak benda dan memanfaatkannya sebagai modalitas pengembangan ekonomi daerah  yang bersama dengan upaya serupa dari daerah lain, dapat saya pastikan akan menciptakan momentum tumbuh kembangnya ekonomi nasional secara lebih signifikan.
Oleh karena itu, saya kira sangat pada tempatnya bila dalam kesempatan yang sangat berarti ini saya ucapkan terimakasih kepada Ibu, Bapak, dan Saudara sekalian atas segala jerih payah dan sumbangan berupa produk-produk turunan dari kekayaan budaya tak benda Jepara.
Pemerintah sejak 2010 melanjutkan apa yang diminta dalam Inpres-Inpres tentang Pemberdayaan UMKM, yang mendorong penciptaan wirausaha baru kreatif, inovatif, dan berdaya saing melalui pendekatan penyelesaian masalah pembiayaan, kelembagaan, pemasaran, peningkatan kapasitas, dan relaksasi regulasi.
Dalam program peningkatan kapasitas, dilakukan kegiatan pembenihan wirausaha, penempaan wirausaha, dan pengembangan wirausaha, sehingga tercipta wirausaha yang memiliki pengetahuan (knowledgable), keahlian (skill),  kemampuan (capacity), kesanggupan (capability), kemahiran (competency), keteguhan (integrity), dan pengabdian (dedication).
Pada saat ini, pengembangan wirausaha baru difokuskan pada program: pengangkatan beban wirausaha pemula (akses pembiayaan, kemudahan birokrasi dan regulasi, serta kebijakan pendukung seperti incubator, accelerator, dsb); pembenihan (entrepreneurship mindset), penempaan (technopreneur, marketingpreneur, logisticpreneur, socialpreneur, dan agropreneur), dan pengembangan kolaborasi.
Menjadi tantangan kita semua untuk mengubah opportunity loss menjadi opportunity win dengan meningkatkan level penguasaan teknologi dan mengembangkan kemampuan pengolahan untuk membuat end product yang berdaya saing. Inilah alasan utama untuk kita menumbuhkembangkan kewirausahaan kreatif.
Penumbuhkembangan kewirausahaan kreatif sejatinya adalah peningkatan penguasaan pengetahuan untuk meningkatkan hasil guna dan daya guna pengelolaan sub-sektor ekonomi kreatif secara berkelanjutan meliputi sepanjang rantai nilai komoditas kreatif.
MP3EI mendorong rangka menumbuhkembangkan wirausaha nasional dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan nilai inovasi baik dalam program hilirisasi, produktivitas, dan program peningkatan SDM untuk menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Teknologi dan inovasi merupakan ukuran kemajuan bangsa dan SDM dalam rangka memiliki keunggulan daya saing global.
Pelayanan logistik dalam rangka penguatan konektivitas nasional  perlu dilakukan, baik secara “hard” maupun “soft infrastructure” untuk mewujudkan konektivitas nasional yang mendukung pencapaian tiga objektif konektivitas nasional secara serempak yaitu menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan, menghubungkan daerah tertinggal, dan menghubungkan daerah terpencil. Upaya mengimplementasikan pelayanan logistik harus mengerahkan segala kemampuan teknologi dan informasi yang dimiliki untuk meningkatkan daya saing.

Kita sudah berada dalam era digital technology dimana kita lihat banyak perusahaan-perusahaan raksasa global yang unggul dalam daya saing, seperti: Unilever, Cargill, Sogososha, Chaebol, Temasek, dan international trading house lain memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam melakukan perkuatan rantai nilai termasuk dalam membangun jejaring pemasaran internasional sehingga jangan sampai kelemahan kemampuan pemasaran kita terbelakang dalam hal pemanfaatan ICT.