Perkembangan dan pergeseran orientasi ekonomi dunia saat ini melewati beberapa
tahapan, ekonomi pertanian, ekonomi industri, ekonomi informasi atau dan yang
saat ini terjadi adalah ekonomi kreatif, seperti disebut John Howkins (2001).
Ekonomi kreatif adalah ekonomi masa depan yang bertumpu pada daya kreasi
manusia. Dalam ekonomi baru dunia ini, ide, gagasan, informasi dan pengetahuan
menjadi sumber bagi pemicu pertumbuhan ekonomi.
Berbagai penemuan di bidang teknologi informasi terjadi sejak tahun1990-an,
membawa perubahan besar dalam metode transaksi ekonomi. Menurut data Departemen
Perdagangan dan Perindustrian ekonomi kreatif menyumbang sekitar 4,75% dari PDB
Indonesia pada tahun 2006. Pengembangan
ekonomi kreatif merupakan upaya menciptakan sumber daya manusia yang mampu
bersaing dengan kualitas yang dapat diandalkan. Pada tahun 2009 diterbitkan
Inpres No. 6 2009 mengenai Pengembangan Ekonomi Kreatif, yang memberikan arahan
bagi seluruh Kepala Daerah (Gubernur) untuk menjalankannya.
Pemerintahan di provinsi Jawa Barat melaksanakan arahan ini dengan melihat
potensi dan permasalahan yang ada. Provinsi Jawa Barat memiliki luas sebesar
3.584.644,92 hektar, dengan kondisi topografis beragam. Wilayah Provinsi Jawa
Barat yang berada pada ketinggian 0-25 meter di atas permukaan laut (dpl)
adalah seluas 330.946,92 hektar, 312.037,34 hektar berada pada ketinggian
25-100 meter dpl, 650.086,65 hektar berada pada 100-500 meter dpl, 585.348,37
hektar berada pada ketinggian 500-1000 meter dpl dan 284.022,53 hektar berada
pada ketinggian 1000 meter lebih dpl. Jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat,
hingga akhir tahun 2007 mencapai 41.483.729 jiwa, dengan laju pertumbuhan
penduduk 1,83% dan tingkat kepadatan penduduk rata-rata 1.157 jiwa/tahun. Pada
periode 2003-2007, laju pertumbuhan penduduk Jawa Barat dapat dikendalikan
secara signifikan, yaitu dari sebesar 2,25 persen pada Tahun 2003 menjadi 1,83
persen pada Tahun 2007.
Pada tahun 2007, penduduk laki-laki sebanyak 20.919.807 jiwa dan perempuan
sebanyak 20.563.922 jiwa. Sedangkan menurut kelompok umur, pada tahun 2003
hingga 2007 masih membentuk piramida dengan kelompok usia anak dan usia
produktif yang besar. Selanjutnya,
berdasarkan lapangan pekerjaan, penduduk Jawa Barat didominasi dengan penduduk
berkerja di sektor pertanian,perdagangan, jasa dan industri.
Walaupun memiliki potensi yang besar namun Jawa Barat masih memiliki penduduk miskin sebesar 4,852,520 ribu jiwa. Adapun penduduk miskin tertinggi berada di Kabupaten Bogor yaitu 446,04 ribu jiwa
atau 9,19 persen, dan terendah di Kota Banjar sebesar 12,9 ribu jiwa atau 0,30
persen. Secara khusus, persentase penduduk miskin di Jawa Barat sebesar 11,58
persen dan tertingginya ada di Kota Tasikmalaya yaitu sebesar 23,55 persen, disusul
oleh Kabupaten Cirebon sebesar 18,22 persen, terendah ada di kabupaten Bekasi
5,97 persen. Garis Kemiskinan di Jawa Barat tahun 2009 sebesar Rp. 220 068 per kapita
per bulan, tertinggi ada di kota Bekasi sebesar Rp. 299432 per kapita/bulan dan
terendah ada di Kota Banjar yaitu Rp. 179 144 per kapita perbulan.
Salah satu kawasan di Jawa Barat yang memiliki
potensi ekonomi berbasis pengetahun dan budaya adalah wilayah Priangan Timur (Kota
Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Banjar, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Garut,
Kabupaten Sumedang). Daerah ini
memiliki potensi sumber daya manusia yang dapat digali kreativitasnya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Terbukti
dari banyaknya sentra bisnis yang berada di daerah Priangan Timur.
Data tahun 2007 menunjukkan bahwa jumlah UKM di Priangan Timur terdapat
35.624 UKM yang tersebar di enam kota/kabupaten sebagai mana dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1
SEBARAN UKM DI WILAYAH PRIANGAN TIMUR
KABUPATEN/KOTA
|
JUMLAH
UKM
|
Kota
Tasikmalaya
|
9.373
|
Kabupaten
Tasikmalaya
|
1.281
|
Kabupaten
Garut
|
9.700
|
Kota
Banjar
|
9.083
|
Kabupaten
Ciamis
|
1.270
|
Sumedang
|
4.917
|
Total
|
35.624
|
Dari
35.624 pelaku UKM tersebut, tersebar di 13 sentra industri sebagaimana yang
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2
SENTRA
BISNIS PER KAB/KOTA DI PRIANGAN TIMUR
KABUPATEN/KOTA
|
SENTRA
BISNIS
|
Tasikmalaya
|
Bordir,
Alas Kaki/Kelom Geulis, Kerajinan Mendong, Kerajinan Bambu, Konveksi,
Kerajinan Payung, Batik, Mebeul, Makanan, Sentra barang dari tekstil lainnya,
Kerajinan kulit dan imitasi
|
Sumedang
|
Kerajinan
kayu dan logam, krajinan batok Tahu, ubi cilembu, peuyeum Cigendel, oncom, opak oded
|
Garut
|
Kulit,
Sutra, batik, bulu unggas, tenun ikat sutra, kerajinan Akar Wangi, dodol
garut, dorokdok
|
Ciamis
|
Alat
pancing, keripik, kurupuk, sale pisang, gurame Soang, galendo
|
Sumber: Gunawan (2010)
Selain memiliki keunggulan sebagai pusat
industri dan bisnis, Priangan Timur juga dikenal memiliki keunggulan pada bidang pendidikan
khususnya pendidikan pesantren yang sudah memiliki program kewirausahaan
seperti: Pesantren Al-Amin (memiliki pusat pelatihan border), Pesanten Cipasung
(Perikanan air tawar), Suryalaya (Peternakan sapi). Kondisi ini merupakan potensi
yang harus dikembangkan keberadaaanya karena alumni selain memiliki pengetahuan
keagamaan juga memiliki keterampilan life
skills dalam bidang kewirausahaan.
Kota Tasikmalaya sebagai salah satu
kota yang ada di wilayah Priangan Timur memiliki ciri khusus sebagai Kota
Industri Kecil Kerajinan Tangan. Potensi industri kecil ini berkembang setiap
tahun sampai pada akhir tahun 2009 tercatat terdapat 3.779 unit usaha yang
tersebar di 130 sentra, nilai investasi Rp 276.607.782.300 dengan nilai
produksi Rp 1.344791.876.000 dan mampu menyerap tenaga kerja sekitar 36.472
orang. Komoditi yang dihasilkan mencapai 23 komoditi yang di antaranya adalah
industri kecil bordir,
kelom geulis, meubel, batik,
sandal, anyaman mendong, anyaman pandan, kerajinan bambu, payung geulis,
konveksi dan aneka jenis makanan dan minuman.
Kerajinan Kota Tasikmalaya sudah sudah cukup dikenal baik
di dalam maupun di luar negeri. Berbagai
jenis sentra kerajinan tersebar di kota ini,
seperti yang disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 2
SENTRA KERAJINAN DI KOTA TASIKMALAYA
No.
|
Jenis Industri
|
Jumlah
|
Lokasi
|
1.
|
Bordir
|
33
|
Cipedes, Cihideung,
Tamansari, Cibeureum, Kawalu, Mangkubumi, Tawang
|
2.
|
Alas Kaki/Kelom
Geulis
|
18
|
Cipedes, Cihideung,
Tamansari, Cibeureum, Kawalu, Mangkubumi
|
3.
|
Kerajinan Mendong
|
12
|
Cibeureum, Tamansari
|
4.
|
Kerajinan Bambu
|
5
|
Tamansari, Indihang,
Kawalu
|
5.
|
Konveksi
|
21
|
Cipedes, Cihideung,
Cibeureum, Tamansari, Idihiang, Tawang
|
6.
|
Kerajinan Payung
|
1
|
Dindihiang
|
7.
|
Batik
|
2
|
Cipedes, Indihiang
|
8.
|
Mebeul
|
10
|
Cipedes, Cihideung,
Tamansari, Cibeureum, Mangkubumi, Tawang
|
9. 9.
|
Makanan
|
14
|
Tersebar di setiap
kecamatan
|
10.
|
Bata merah
|
6
|
Kawalu, Indihiang,
Tamansari,
|
11.
|
Tegel
|
1
|
Cipedes
|
12.
|
Sentra barang dari tekstil lainnya
|
3
|
Cipedes, Kawalu
|
13.
|
Kerajinan kulit dan imitasi
|
4
|
Cipedes, Indihiang
|
Sumber: Dinas Koperasi UMKM
Perdindustrian dan Perdagangan (2010: x-xi)
Data pada Tabel 2 di atas memberikan gambaran bahwa Kota Tasikmalaya
pada bidang industri kerajinan (kriya) pada industri kecil dan menengah sejak
dulu sampai saat ini eksis sebagai pelaku usaha. Dalam kondisi krisis moneter,
tahun 2008, industri kriya dari Kota Tasikmalaya ini setara dan mampu bersaing
dengan kota lainnya lainnya seperti Bandung, Bekasi, dan
Sumedang.
Pada tahun 2009, tercatat jumlah eksportir dari Kota
Tasikmalaya berjumlah 13 perusahaan dengan jenis komoditi yang diekspor, di
antaranya: a) Kerajinan Pandan, Mendong; b)Kerajinan Kayu; c) Handycraft; d) Pakaian jadi; e) Bordir;
f) Alas kaki/kelom; g) Kayu Olahan; h) Furnitur; i) Sumpit. Negara tujuan
ekspor di antaranya: AS, Jepang, Inggris, China,, Taiwan, Malaysia, Singapura,
Korea, Jordania, Abudabi, Kuwait, Qatar, Dubai, Bahrain, Saudi Arabia, Lebanon,
Kanada, Perancis, Skotlandia, Meksiko, Afrika, Mauritania.
Tabel 3
GAMBARAN JUMLAH INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH,
TENAGA
KERJA DAN HASIL PRODUKSI
No.
|
Jenis Industri
|
Jumlah Unit IKM
|
Daya Serap Tenaga
Kerja
|
Hasil Produksi
|
1.
|
Anyaman Bambu
|
76
|
636
|
5,163 milyar
|
2.
|
Batik
|
30
|
446
|
10,2 milyar
|
3.
|
Bordir
|
1.229
|
12.005
|
586,5 milyar
|
4.
|
Kayu Olahan
|
224
|
1.463
|
44,39 milyar
|
5.
|
Konveksi
|
|
|
|
6.
|
Anyaman Mendong
|
176
|
2.306
|
44,84 milyar
|
7.
|
Payung Geulis
|
4
|
37
|
-
|
8.
|
Alas Kaki
|
465
|
5.271
|
201 milyar
|
Berdasar
uraian tersebut di atas, tampak bahwa kondisi aktual (existing condition) di
lapangan memperlihatkan bahwa wilayah Tasikmalaya yang merupakan bagian penting
dari performa wilayah Priangan Timur memiliki potensi yang harus terus
dikembangkan agar sustainability
pembangunan tetap terjaga. Sebagai kota yang potensial dalam industri kerajinan
(kriya) dan ragaman potensi kekayaan alamnya diperlukan sebuah pusat kajian
kewirausahaan yang bertumpu pada pengembangan wirausaha kreatif.
Penggalian potensi daerah
dimaksudkan agar seluruh proses kreatif bersumber dari potensi lokal,
memanfaatkan sumber daya alam setempat, tradisi setempat, dan Budaya setempat
dapat dioptimalkan. Upaya untuk mengumpulkan dan memberdayakan seluruh sumber
daya lokal diperlukan sebagai ‘modal dasar’ dalam mengembangkan produk kreatif
lokal. Berikut adalah peta potensi lokal yang dimiliki Tasikmalaya, di mana
area Kriya dan Budaya Priangan telah menjadi suatu area tersendiri yang telah
menjadi sebuah daya tarik wisata, dan wadah eksplorasi pengembangan Kriya dan
Budaya. Kawasan-kawasan wisata daerah yang berada di sekitar area Kriya dan
Budaya akan sekaligus menjadi potensi inspiratif yang dapat menjadi ide
pengembangan produk kriya yang berciri dan memiliki nilai lokal (local value).
Gambar 1. Peta
Potensi Jawa Barat
Sumber: Data dari Badan Perencanaan Daerah Jawa Barat
tahun 2005: minat khusus Jawa Barat Selatan, rencana pengembangan kawasan
wisata kriya dan budaya priangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar